Selasa, 10 Mei 2011
Puluhan hektar tanaman padi diserang hama wereng, petani gagal panen
Puluhan hektar sawah di desa Ketonggo, kec. Bungkal Ponorogo, terancam gagal panen karena lahan padinya terserang hawa wereng, sehingga mereka terancam gagal panen. Dalam beberapa kesempatan petani sempat mengeluh bahwa mereka telah dua musim gagal terus, pada musim tanam 2009 -2010 lahan mereka gagal karena terserang jamur, namun sekarang juga gagal karena terserang hama wereng.
Jenis varitas padi yang diserang adalah jenis padi hibrida, jenis simbada dan intani. Namun petani berharap bahwa pemerintah dapat memberikan bantuan dan panduan bagi mereka, agar mereka tidak jatuh tertimpa tangga. Karena
sekarang ini tidak nampak adanya upaya pemerintah untuk membantu petani membasmi hama dan penyakit pengganggu tanaman tersebut. Dalam mengatasi hama dan penyakit tanaman, petani dilepas begitu saja sesuai kemampuannya sendiri untuk membasmi hama dan penyakit. Pemerintah tidak memberikan solusi cara membasmi hama, namun cenderung selalu menyalahkan petani dan kondisi alam. seperti kondisi yang dihadapi petani di lapangan seperti banjir, kekeringan, hama, dll.. Dulu pernah ada bantuan pestisida dari pemerintah Jepang untuk membasmi hama wereng, yang tidak boleh diperjual belikan. Program bantuan seperti itu hendaknya dirintis kembali, agar beban petani lebih ringan dalam menangani masalah hama wereng. Seorang petani yang bernama Rahmat mengatakan bahwa saat ini ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, dalam sepetak sawah ( 100 are ) petani kurang lebih menghabiskan biaya Rp, 800.000,- .namun karena gagal petani diperkirakan juga kesulitan untuk menghadapi musim tanam berikutnya.
Tanaman padi yang diserang adalah jenis hibrida. dulu, sebelum ditemukan VUTW (Varietas Unggul Tahan Wereng), hama wereng pernah menjadi masalah serius di desa ini.. Setelah ada VUTW persoalan hama wereng bisa teratasi. Namun masih banyak petani yang belum paham munculnya beberapa jenis/biotipe hama wereng baru yang tidak mempan lagi terhadap obat/pestisida tertentu maupun VUTW. Sifat hama wereng secara alamiah akan selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungan. Manakala hama wereng tidak mampu makan padi Ciherang, dia akan merubah dirinya sehingga mampu menyerang padi Ciherang.
Untuk memutus siklus serangan hama wereng, perlu ada pergiliran pertanaman varietas. Misalnya musim tanam sekarang menanam padi intani, kemudian untuk musim tanam berikutnya harus diganti dengan varietas padi situ bagendit , dan seterusnya. Dengan dilakukan pergiliran varietas, maka hama wereng sulit berevolusi/merubah menjadi biotipe yang lebih tahan terhadap obat-obatan/pestisida tertentu maupun VUTW. Untuk mengantisipasi berkembangnya hama wereng yang berubah menjadi biotipe baru, maka para peneliti selalu menyiapkan VUTW yang baru pula.
Hama wereng sangat mudah berkembang-biak pada saat cuaca lembab. Dengan kelembaban cuaca yang tinggi, maka hama wereng mudah sekali berkembang-biak, dan akan terus mencari tanaman padi yang tidak tahan hama wereng. Karena hama wereng tidak bisa berkembang-biak pada saat musim kering, sebaiknya padi hibrida lebih cocok ditanam pada musim kemarau. Dampak musim hujan yang berkesinambungan pada tahun ini agaknya memang menjadi penyebab terjadinya musibah serangan hawa wereng ini