WAROK BUKAN MALAIKAT
untuk Saudaraku di Malaysia
warokkini, agustus 2010 : Dalam sebuah forum warok dihujat berperilaku bejat dan tidak bermoral karena berhubungan dengan sesama jenis, yaitu gemblak. Mereka menyitir pengakuan mantan gemblak dan beberapa orang yang mengaku warok, akan perilaku mereka yang buruk. Namun, apakah fakta ini dapat dijadikan alat eksekusi. Untuk menghakimi semua warok melakukan criminal. Bahkan secara tendensius ia menyatakan orang jawa dibenci di Malaysia.
Jujur, hal buruk yang disampaikan dalam forum itu mungkin saja terjadi. Sampai saat ini juga, banyak idiom Warok yang digambarkan sebagai bukan orang baik-baik. Mereka berkata kasar, suka mabok dan berperilaku menyimpang. Untuk itulah, kita berusaha mencari jejak luhur para warok, untuk kita generalisasikan sebagai nilai yang dapat dianut pada jaman sekarang ini. Paling tidak kita berharap, orang akan mengerti siapa yang pantas disebut warok, atau sekedar marok 1) .
Para Gotrah Warok, perilaku pathologi dalam sebuah nilai budaya dapat terjadi dimana saja. Penyimpangan perilaku seperti itu tidak hanya terjadi di bumi Ponorogo. Bukankah di Malaysia ada Polisi dan lembaga peradilan lainya. Ini indicator bahwa penyimpangan perilaku social dapat juga terjadi disana. Para Warok bukan Malaikat.
Namun saudaraku sebenarnya warok adalah manusia unggul dari sesamanya, karena memiliki kemampuan emosional dan spiritual yang baik. Warok juga memiliki integritas social dan pribadi yang menarik. Untuk itulah saya yakin semua orang dapat mencapai derajad warok asal mengikuti laku dan mampu mengadposi nilai-nilai sang warok. Mugkin warok masa kini sudah berdasi dan berjas licin, atau bergumul dengan harumnya Lumpur disawah bahkan berbaju safari yang megah. Namun apapun pakainya, jiwanya tetap seorang warok.
Janganlah warok hanya dijadikan simbul budaya, namun samasekali tidak berakar di jiwa Percayalah, dijaman sekarang pun nilai-nilai luhur sang warok dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesaktian warok masakini bukan pada kolor-nya yang sebesar lengan, namun pada integritas pribadi , kapasitas sosial dan dalamnya penghayatan spiritual , sehingga mampu dijakan panutan bagi sesama. Inilah koreksi pada budaya kita dijaman masakini, warok hanya dijadikan Icon tanpa dihayati nilai-nilainya.
Warok ibaratnya adalah seekor lebah, ia hanya mengambil sari bunga yang baik, ketika hinggap diranting tidak menggoyahkanya, dan ketika mengeluarkan ia mengeluarkan yang bermanfaat berupa madu. Namun jangan sekali-kali mengganggunya ia bertaruh jiwa raga untuk membela diri. Warok juga demikian, sang warok adalah jiwa yang suci karena ia berusaha menjaga kesucianya , baik secara hakekat atau secara fisik.
Kembali kita lacak jejak budaya sang warok yang bersumber dari nilai Islam. Kita tahu bahwa budaya Ponorogo, sebagaimana daerah Mataraman lainya tidak lepas dari sentuhan para wali songo 3) yang berusaha memadukan budaya local dan nilai-nilai Islam. Dari beberapa referensi, menyebutkan warok berasal dari bahasa arab yaitu warra, Abu Zakaria Al Anshari menyatakan warra’ adalah menyingkir dari yang subhat 4) dan yang halal 5) yang tidak membawa kebaikan . Sedangkan Imam Qusyairi, menyatakan bahwa warra’ adalah meninggalkan yang subhat dan meninggalkan yang tidak menjadi kepentinganya. Dengan demikian jelas bahwa warok haruslah mampu mengendalikan nafsunya agar hanya memilih yang terbaik dan menolak yang kurang baik apalagi hal-hal yang buruk.
Gotrah warok, ajaran mendasar bagi seorang warok, untuk bersikap warra’ tersebut adalah mecegah sikap tamak dan serakah yang diakui atau tidak merupakan penyakit hati yang menginspirasikan banyak kekacauan dimuka bumi. Seorang Warok hanya mengambil yang halal, itupun sekedar yang dibutuhkan. Perkara yang belum jelas akan dihindari, apalagi melakukan hal yang buruk dan aneh seperti berhubungan seksual dengan sesama jenis. Tidak mungkin !
Pada penerapanya, wahai gotrah warok, sangat tidak mudah untuk menata hati kita seperti itu. Nafsu kita pasti ingin memiliki yang paling banyak, dan menikmatinya sepuas-puasnya, Untuk itulah, perlu penggemblengan untuk memperkuat pertahanan diri, juga dibutuhkan keberanian luar biasa dan sungguh-sungguh untuk melawan nafsu sahwat. Usaha keras dan bersungguh-sungguh ini disebut jihad, sabda Rasul Jihad yang paling besar adalah melawan hawa nafsunya sendiri.
Dampak luar biasa akan terjadi apabila jihad kita berhasil, terutama kita akan memperoleh jiwa yang tangguh bagai gunung batu. Apabila kita memiliki daya pengendalian diri yang kokoh maka kesaktian yang hakiki akan kita peroleh, jangankan musuh yang jauh, musih paling dekat dalam selimut bahkan dalam jiwa kita mampu kita kalahkan.
Jiwa kita tidak lagi tergantung kepada manusia lain atau kepentingan diluar kehendak merengkuh kasih Tuhan. Tidak perlu bantuan pengawas atau polisi atau KPK untuk mengindarkan berbuat buruk. Ketika puasa ,walaupun tidak ada orang lain kita tetap disiplin untuk tidak makan dan minum. Seperti itulah, sang warok tetap dapat menjaga hatinya meskipun dalam keadaan sepi. Seorang warok mampu mensucikan hatinya dari kepentingan-kepentingan lain selain memperoleh ridlo Tuhan.
Catatan :
1) marok , bertingkah seperti warok namun bukan warok
2) kolor, ikat pinggang dari untaian benang
3) Wali songo, kelompok penyebar Agma Islam di Pulau Jawa pada jaman kerajaan Demak dan Mataram
4) Subhat, perkara yang belum jelas kedudukan hukumnya, apakah haram atau halal
5) Halal, perkara yang jelas dibolehkan, lawanya haram