Laman

Selasa, 03 Agustus 2010

jejak warok 1

reog dance
Akar budaya Ponorogo bersumber dari Islam, Hindu, animisme dan cina  

WAROK MASA KINI

Masihkah warok bisa menjawab tatantangan kekinian. Saya yakin didada setiap "wong Ponorogo " masih deras mengalir jiwa sang warok, lebih sekedar simbul atau bahkan kebanggaan. Namun
Dari WONG PONOROGO
demikian hendaknya menjadi catatan kita semua, bahwa nilai tersebut perlu tinggal sejarah semata. beberapa catatan
menujukan bahwa reog tidak bisa dipisahkan dari reog.Ada beberapa versi tentang reog, diantaranya secara latar politik disebutkan bahwa :
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir.

Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Latar belakang sejarah reog yang tidak lepas dari kosep Politik dimasa jaman Majapahit akhir, yang kita tahu disana banyak terjadi huru hara karena tidak stabilnya Keamanan dan ketertiban.
Namun demikian dalam konteks budaya kita tidak bisa pungkiri, pengaruh budaya Cina, Islam dan Hindu.
sampai saat ini akar budaya itu masih terasa pekat dalam kehidupan sehari-hari. Seni reog yang secara mainstream masih dapat kita lihat benang merah kemiripan dari seni barongsai, begitu pula baju penadon ada kemiripan dengan baju tradisional orang cina.
Pengaruh budaya hindu, masih kita dapati dari kebiasaan kenduri dan sesaji, meskipun sudah mambaur dengan budaya Islam.