Laman

Selasa, 30 November 2010

grebeg suro 2010

ADU KETANGKASAN WAROK
Suatu sore, sehabis sholat magrib, ada jama'ah saya yang mempertanyakan, bagaimana mungkin kok dalam acara grebeg suro 2010, ada adu warok. Saya tidak tersentak dengan berita tersebut, namun ada hal yang membuat saya prihatin. Selalu saja warok di identikan dengan sosok kasar dan tukang berkelahi. Konon yang menyelenggarakan kontes kekerasan ini justru mantan bupati Ponorogo, yang tidak memahami eksistensi jatidiri warok, karena beliau bukan orang asli Ponorogo.

Dalam refleksi grebeg suro 2010, saya menyayangkan tidak ada sama sekali orang yang berusaha mencari jatidiri warok sebagaimana dicetuskan oleh para leluhur. Saya tidak merasa sendirian, tetapi kebanyakan para ahli budaya Ponorogo sudah terjebak kepada sektor Industrialisasi budaya, yang hanya memandang warok hanyalah aset pariwisata.